Harga karet yang turun dan bahkan kembali di bawah 2 USD telah membuat petani mulai resah dan gelisah. Petani karet yang baru menikmati kenaikan harga selama beberapa bulan, kembali dibuat galau dengan naik turunnya harga karet. Kegalauan ini sangat wajar karena harga karet baru saja naik setelah sekian lama anjlok. Harga karet yang sudah beberapa tahun jeblok benar benar membuat petani karet terpukul. Dan kini, tren harga karet kembali turun dan fluktuatif, membuat hati resah. Berikut ini dua kabar terkait kekhawatiran petani karet dengan harga yang flutuatif dan cenderung tak stabil.
SRIPOKU.COM, MARTAPURA (13/3) – Setelah mengalami kenaikan dan membuat petani perkebunan karet di OKU Timur bernafas lega karena harga getah karet yang hampir mencapai Rp. 15 Ribu per kilogram, kini petani mulai was-was menyusul kembali turunnya harga getah karet menjadi Rp. 11 Ribu per kilogram. “Harga karet minggu ini kembali mengalami penurunan menjadi Rp. 11 Ribu per kilogram. Padahal baru dua minggu lalu harganya hampir Rp. 15 Ribu. Petani mulai ketakutan harga terus merosot seperti tahun-tahun sebelumnya,” ungkap Suryanto seorang petani karet warga Desa Sukadamai Unit IX Kecamatan Madang Suku III, OKU Timur.
Menurut Yanto, sejak kenaikan harga karet beberapa bulan lalu petani kembali bersemangat dalam melakukan penggarapan dan pemupukan lahan, namun ketika harga mulai mengalami penurunan petani kembali lesu dan ketakutan harga karet mengalami penurunan dibawah Rp. 10 Ribu per kilogram. “Saat harga karet naik dealer-dealer sepeda motor sudah banyak yang menawarkan kepada petani kredit. Bahkan sudah banyak petani yang membeli dengan cara kredit. Namun belum sempat satu bulan harga karet kembali turun. Tentu saja hal itu membuat petani ketakutan,” katanya.
Menurutnya, petani di wilayahnya rata-rata memiliki kebun karet seluas satu Hektare (Ha) bahkan lebih. Jika harga karet bagus sangat membantu petani karena bisa memenuhi kebutuhan hidup. Namun sebaliknya jika harga karet anjlok banyak petani yang terjerat hutang bank dan leasing kendaraan. Sementara Sujono salah seorang petani karet di Martapura mengatakan, harga karet memang sempat mengalami kenaikan sehingga petani cukup bersemangat. Namun saat ini harga kembali mengalami penurunan. “Tentunya kita berharap terus naik dan stabil seperti beberapa tahun lalu. Kalaupun turun petani berharap agar harganya tidak dibawah Rp. 10 Ribu per kilogram. Karena jika harga dibawah itu, maka tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ditambah lagi dengan angsuran bulanan dan kebutuhan pendidikan,” katanya.
http://palembang.tribunnews.com/2017/03/13/harga-jaret-turun-petani-di-oku-timur-mulai-ketakutan
BANGKAPOS.COM, BANGKA (14/3) -- Harga karet petani di beberapa daerah di Bangka, sejak dua minggu ini, terus mengalami penurunan. Seperti di Desa Pangkalniur Kecamatan Riausilip Kabupaten Bangka, petani mengeluhkan turunnya harga karet tersebut. Di bulan Februari lalu, harga karet mencapai Rp 9.600 per kilo, tapi dalam satu-dua minggu ini telah turun menjadi Rp 7.800 per kilogram. Petani setempat, Ripin (72) menuturkan, tidak tahu lagi apa yang akan dilakukan, kalau harga karet terus turun.
"Ya bagaimana nggak susah, kami dalam seminggu empat kali ngaret, semua hasilnya rata-rata 25-30 kilo, kalau seminggu dapat 30 kilo karet, kami dapat penghasilan sekitar Rp 234 ribu, duit segitu tu untuk biaya hidup selama seminggu nggak cukup, Rp 100 ribu untuk beli beras, Rp 100 ribu lagi untuk beli gula kopi dan lain-lain, belum lagi untuk untuk beli ikan, sayur untuk lauk makan, nggak cukup lagi dengan Rp 200 ribu itu untuk jatah makan seminggu," kisah Ripin kepada bangkapos.com, Selasa (14/3/2017).
Ripin berharap, pemerintah agar mendongkrak harga karet, agar lebih stabil dan menguntungkan petani. Petani karet di Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat Mamat menyebutkan, kalau di Kampung Baru (Pangkalniur) karet harganya bisa Rp 7.600, di daerah Kelapa lebih rendah Rp 1000. "Biasa selisih Rp 1000, kalau di Pangkalniur Rp 7.600 di daerah Kelapa Rp 6.600. Ntah, saya juga dak tahu apa penyebabnya, kenapa harga karet turun," ujar Mamat.
http://bangka.tribunnews.com/2017/03/14/petani-mengeluh-harga-karet-turun-dari-rp-9600-menjadi-rp-7800-per-kg
SRIPOKU.COM, MARTAPURA (13/3) – Setelah mengalami kenaikan dan membuat petani perkebunan karet di OKU Timur bernafas lega karena harga getah karet yang hampir mencapai Rp. 15 Ribu per kilogram, kini petani mulai was-was menyusul kembali turunnya harga getah karet menjadi Rp. 11 Ribu per kilogram. “Harga karet minggu ini kembali mengalami penurunan menjadi Rp. 11 Ribu per kilogram. Padahal baru dua minggu lalu harganya hampir Rp. 15 Ribu. Petani mulai ketakutan harga terus merosot seperti tahun-tahun sebelumnya,” ungkap Suryanto seorang petani karet warga Desa Sukadamai Unit IX Kecamatan Madang Suku III, OKU Timur.
Menurut Yanto, sejak kenaikan harga karet beberapa bulan lalu petani kembali bersemangat dalam melakukan penggarapan dan pemupukan lahan, namun ketika harga mulai mengalami penurunan petani kembali lesu dan ketakutan harga karet mengalami penurunan dibawah Rp. 10 Ribu per kilogram. “Saat harga karet naik dealer-dealer sepeda motor sudah banyak yang menawarkan kepada petani kredit. Bahkan sudah banyak petani yang membeli dengan cara kredit. Namun belum sempat satu bulan harga karet kembali turun. Tentu saja hal itu membuat petani ketakutan,” katanya.
Menurutnya, petani di wilayahnya rata-rata memiliki kebun karet seluas satu Hektare (Ha) bahkan lebih. Jika harga karet bagus sangat membantu petani karena bisa memenuhi kebutuhan hidup. Namun sebaliknya jika harga karet anjlok banyak petani yang terjerat hutang bank dan leasing kendaraan. Sementara Sujono salah seorang petani karet di Martapura mengatakan, harga karet memang sempat mengalami kenaikan sehingga petani cukup bersemangat. Namun saat ini harga kembali mengalami penurunan. “Tentunya kita berharap terus naik dan stabil seperti beberapa tahun lalu. Kalaupun turun petani berharap agar harganya tidak dibawah Rp. 10 Ribu per kilogram. Karena jika harga dibawah itu, maka tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ditambah lagi dengan angsuran bulanan dan kebutuhan pendidikan,” katanya.
http://palembang.tribunnews.com/2017/03/13/harga-jaret-turun-petani-di-oku-timur-mulai-ketakutan
BANGKAPOS.COM, BANGKA (14/3) -- Harga karet petani di beberapa daerah di Bangka, sejak dua minggu ini, terus mengalami penurunan. Seperti di Desa Pangkalniur Kecamatan Riausilip Kabupaten Bangka, petani mengeluhkan turunnya harga karet tersebut. Di bulan Februari lalu, harga karet mencapai Rp 9.600 per kilo, tapi dalam satu-dua minggu ini telah turun menjadi Rp 7.800 per kilogram. Petani setempat, Ripin (72) menuturkan, tidak tahu lagi apa yang akan dilakukan, kalau harga karet terus turun.
"Ya bagaimana nggak susah, kami dalam seminggu empat kali ngaret, semua hasilnya rata-rata 25-30 kilo, kalau seminggu dapat 30 kilo karet, kami dapat penghasilan sekitar Rp 234 ribu, duit segitu tu untuk biaya hidup selama seminggu nggak cukup, Rp 100 ribu untuk beli beras, Rp 100 ribu lagi untuk beli gula kopi dan lain-lain, belum lagi untuk untuk beli ikan, sayur untuk lauk makan, nggak cukup lagi dengan Rp 200 ribu itu untuk jatah makan seminggu," kisah Ripin kepada bangkapos.com, Selasa (14/3/2017).
Ripin berharap, pemerintah agar mendongkrak harga karet, agar lebih stabil dan menguntungkan petani. Petani karet di Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat Mamat menyebutkan, kalau di Kampung Baru (Pangkalniur) karet harganya bisa Rp 7.600, di daerah Kelapa lebih rendah Rp 1000. "Biasa selisih Rp 1000, kalau di Pangkalniur Rp 7.600 di daerah Kelapa Rp 6.600. Ntah, saya juga dak tahu apa penyebabnya, kenapa harga karet turun," ujar Mamat.
http://bangka.tribunnews.com/2017/03/14/petani-mengeluh-harga-karet-turun-dari-rp-9600-menjadi-rp-7800-per-kg
EmoticonEmoticon