June 28, 2017

Harga Tinggi di Pasar Lelang Getah Karet

Stevan dkk (2015) dalam publikasinya yang berjudul “Analisis efektifitas pasar lelang karet di Kab. Bungo, Prov. Jambi” menyatakan bahwa besarnya bagian harga yang diterima oleh petani karet pada saluran I (melalui pasar lelang) lebih tinggi dibandingkan pada saluran II (non lelang, melalui pedagang/toke). Besarnya bagian harga tersebut adalah 93.02% pada pasar lelang karet, dan 76.52% jika melalui toke non lelang. Besarnya bagian harga pada pasar lelang sangat masuk akal karena terdapat rantai perdagangan bahan olah karet (bokar) yang lebih pendek. Pada pasar lelang, petani langsung menjual getahnya di pasar lelang yang dilaksanakan dengan frekuensi tertentu (1 atau 2 minggu sekali). Getah karet yang terlelang di pasar lelang kemudian langsung dijual ke pabrik. Bahkan, pada jumlah volume karet yang besar, pihak “perwakilan” pabrik sering datang langsung untuk mengikuti lelang karet. Sementara, pada tataniaga karet yang lain, yaitu non pasar lelang, terdapat beberapa pedagang yaitu pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang kabupaten, dan pedagang provinsi. Para pedagang ini ada yang langsung membeli dari petani, tapi ada juga yang memperoleh getah dari pedagang yang lebih kecil.

Dengan kata lain, kalau petani ingin mendapatkan harga yang lebih tinggi untuk getah karetnya, mereka dapat menjualnya ke pasar lelang.

harga tinggi pasar lelang getah

Secara lebih rinci pada penelitian tersebut juga disampaikan margin pemasaran getah karet beserta biaya dan keuntungan di kedua sistem tataniaga. Margin pemasaran merupakan selisih harga yang diterima petani dengan yang dibayarkan oleh konsumen akhir (pabrik), sedangkan biaya merupakan jumlah uang yang dikeluarkan dalam proses distribusi dari petani sampai pabrik. Dengan data saat penelitian tersebut, untuk pasar lelang, harga yang diterima petani adalah Rp 10300,- sedangkan non lelang hanya Rp 8300,-. Biaya total yang dikeluarkan untuk pasar lelang adalah Rp 155 sedangkan untuk non lelang Rp 1036,6. Dan margin pemasarannya adalah Rp 772,- untuk lelang, dan Rp 2516,- untuk non lelang. Lebih detail perbandingan biaya dan margin pemasaran antara pasar lelang dan pasar non lelang tersaji di Tabel (data tahun 2014). Dari segi efisiensi teknis, pasar lelang juga mempunyai keunggulan dibandingkan nonlelang. Pasar lelang mempunyai indeks efisiensi sebesar Rp 31,- kg/km, sedangkan non lelang sebesar Rp 206,32 kg/km. Artinya melalu pasar lelang, setiap penambahan jarak 1 km, biaya akan bertambah sebesar Rp 31,-.

Sekali lagi dijelaskan bahwa melalui pasar lelang karet, petani cenderung bahkan hampir pasti memperoleh harga karet yang lebih tinggi. Ada efisiensi proses pemasaran.

Penelitian Stevan dkk tersebut juga sesuai untuk kondisi saat ini. Bahwa harga karet yang diterima oleh petani di pasar lelang lebih tinggi daripada harga yang diterima petani yang menjual getahnya secara non lelang. Sebagai contoh di pasar lelang Koperasi Maju Bersama Sembawa, pada tanggal 14 Juni 2017, harga lelang untuk getah petani adalah sebesar Rp 7469,- sementara di petani yang lain paling tinggi hanya berkisar Rp 6000,-. Selisih yang kelihatannya hanya sekitar Rp 1000,- s.d Rp 2000 per kilogram, namun akan menjadi sangat besar jika sudah ada faktor kalinya. Berapa kilo atau bahkan berapa ton per bulan. Sebagai contoh jika seorang petani dengan produksi lum/slab per minggu adalah 100 kg, maka selisih harga per bulan sudah Rp 400.000 - Rp 800.000. Selisih yang sangat lumayan untuk ukuran hidup di desa. Perlu juga diketahui, bahwa besar kecilnya volume/jumlah karet di pasar lelang juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya harga. Misalnya, pasar lelang dengan jumlah tonase sebanyak 75 ton sekali lelang, akan cenderung mempunyai harga karet yang lebih baik dibandingkan pasar lelang yang hanya melelang 15 ton getah karet. Ada kekuatan kebersamaan, daya tarik dan daya tawar yang lebih besar. Pabrik pun akan lebih senang kalau sekali transaksi dapat getah yang banyak, apalagi mutu bagus dan seragam.

Ringkasnya pasar lelang mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki oleh pasar non lelang atau toke kecil. Ada karet dalam jumlah yang besar, managemen yang lebih baik, transparansi, mutu terjaga dan relatif homogen serta rantai tata niaga yang lebih pendek. Semua faktor itu membuat harga tinggi getah karet di pasar lelang. Dan yang paling penting adalah ada kekompakan antar petani dalam kelompok tani atau UPPB. Sebatang lidi sangat mudah dipatahkan, namun seikat lidi akan lebih kokoh dan lebih berguna.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon